Berawal dari kewajiban sekolah di SMU dulu saat acara bulan Ramadhan,akhirnya aku memakai kerudung. Dulu aku sama sekali tidak paham beda kerudung atau khimar dan jilbab. Bagiku keduanya sama saja,dimana wanita yang berkerudung ya otomatis berjilbab.
Awalnya keinginanku untuk tetap berkerudung selepas program pondok Ramadhan di sekolah di tentang oleh bapakku, beliau mikir yang penting tingkah lakunya yang baik. Dan beliau baru memberi saya ijin untuk berkerudung saat saya kuliah. Tapi buah kkn tidak jatuh jauh dari pohonnya, saya mewarisi kekerasan hati bapak. Saya tetap kuekeh mengenakan seragam dengan kerudung selepas program pondok Ramadhan.
Sekalipun saya mengenakan kerudung saat itu saya masih ogah untuk ikut kajian- kajian di sekolah. Saya masih berpikir biarkan saya berproses. Lagian jilbab bukan tanda ketaatan alias wajib melainkan sunnah saja. Pikiran yang salah kaprah yang saya terima saat itu.
Sampai saat lulus kuliahpun saya masih begitu- begitu saja dalam berkerudung, masih dengan celana jeans dan kerudung yang modis. Pikiran saya belum beralih sampai saya menikah.
Alhhmdulillah suami bukan seseorang yang suka dengan wanita yang berdandan berlebih, dia menggiring saya untuk berpikir dan mengajak diskusi masalah- masalah banyak hal, agama salah satunya tentunya.
Di tahun ke 4 pernikahan saya mengenal salah satu motivator jilbab @pedulijilbab nama akun nya. Sejujurnya saya merasa malu dengan anak- anak muda yang selalu menjaga jilbabnya untuk Allah sebagai tanda ketaatan. Akhirnya pelan tapi pasti saya mulai belajar mengenakan jilbab yg syari, sekalipun belum berjilbab lebar, tetapi saya berusaha sedikit demi sedikit mengenal apa itu jilban syar'i. Saya mulai dengan meninggalkan celana jens dan model-model jilbab modern.
Pemikiran saya tentang wanita yang berjilbab lebar berangsur-angsur berubah. Tidak lagi takut dan menganggap mereka golongan teroris, tetapi justru iri. Saya belum mampu untuk sepenuhnya menjalankan perintah Mu Ya Allah...
Saya, hamba Allah, seorang anak perempuan, saudari perempuan, seorang istri dan seorang ibu juga masih berharap tidak akan memberatkan laki-laki yang saya cintai untuk menanggung dosa saya yang tidak menutup aurot nya. Semoga proses pembelajaran dan hidayah Allah tidak berhenti disini saja.. Amin..
Untuk saudari perempuanku... Jika mengaku menyanyangi ayah, suami, anak laki-laki dan saudara laki-laki mu tutuplah aurotmu. ..
Firman Allah ta’aala dalam surat Al-Ahzab ayat 59 :“ Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin:Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan, Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini dengan berkata:Allah Ta’ala menyuruh Rasulullah shalallahu alaihi wassalam agar dia menyuruh wanita-wanita mukmin , istri-istri ,dan anak-anak perempuan beliau agar mengulurkan jilbab keseluruh tubuh mereka. Sebab cara berpakaian yang demikian membedakan mereka dari kaum wanita jahiliah dan budak-budak perempuan. Jilbab berarti selendang/kain panjang yang lebih besar dari pada kerudung. Demikian menurut Ibnu Mas’ud, Ubaidah, Qatadah, dan sebagainya. Kalau sekarang jilbab itu seperti kain panjang. Al-Jauhari berkata,”Jilbab ialah kain yang dapat dilipatkan”.